/* google analytics */

Teknik Pengumpulan Data Angket atau Kuesioner (Data collection techniques or questionnaire Questionnaire)

| Rabu, 15 Mei 2013


Beberapa waktu yang lalu, saya telah bahas tentang teknik pengumpulan data, lebih tepatnya teknik pengumpulan data tes.  Kali ini saya akan membahas sedikit tentang teknik pengumpulan data angket atau kuesioner. Berikut ini pembahassannya.

Angket adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya. Yang dapat dijaring dengan menggunakan kuesioner adalah hala-hala mengenai diri responden, dengan asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Justru anggapan-anggapan inilah yang menjadi kelemahan dari metode angket. Karena dalam kenyataan responden dapat memberikan keterangan-keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Secara garis besar ada dua cara pengguanaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian diisi oleh responden dan (2) digunakan sebagai pedoman wawancara denga responden. Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti. Sedangkan wawancara yang pelaksanaannya berpedoman pada kuesioner dapat berupa wawancara tatap muka dengan responden atau wawancara melalui telepon (Singarimbun & Handayani, 1985).
Kuesioner yang dikirim lewat pos memang memudahkan pekerjaan peneliti. Namun, cara ini umunya belum bisa efektif untuk diterapkan disebagian lapisan masyarakat Indonesia. Masih banyak orang yang enggan membaca kuesioner dan menulis jawabanya, apalagi pertanyaannya tidak dilengkapi dengan pilihan jawaban. Selanjutnya, sebagian dari masyarakat kita lebih enggan lagi pergi ke kantor pos atau bis surat untuk mengirimkan kuesioner yang telah diiisi, lebih-lebih kalau masih harus membeli prangko dengan uang sendiri. Berhubung dengan itu, cara penyebaran kuesioner melalui pos dalam suatu penelitian akan mendapat lebih efektif jika pertanyan-pertanyannya sederhana dan cara jawabannya tidak sulit. Jumlah pertanyaannya juga perlu dibatasi. Kemudian, peneliti perlu melampiri amplop yang sudah dibubuhi perangko agar responden terdorong untuk mengirimkan kuesioner yang telah diisi.
Kuesioner yang dikirimkan melalui pos sudah tentu ditujukan kepada responden yang bisa membaca dan menulis dengan lancar. Karena itu ada inforamasi tambahan, kecuali yang sudah tertuang dalam kuesioner, disamping adanya petunjuk kuesioner yang jelas, kuesioner dikirim lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti perlu dilengkapi dengan surat pengantar dibagian depannya. Surat hendaknya memuat tujuan penelitian, keterangan tentang perlindungan kerahsiaan jawaban responden, persetujuan dari pihak yang berwenag, legitimasi peneliti, kesempatan responden untuk meminta keterangan tambahan, ajakan untuk berpartisipasi, dan petunjuk-petunjuk khusus (Tuckman, 1978:233).
Cara penggunaan kuesioner yang lebih efektif adalah apabila pengisian jawabannya dapat dilakukan secara berkelompok pada suatu tempat tertentu. Dalam keadaan seperti ini peneliti dapat memberi petunjuk secara langsung bagaimana cara memberi  jawaban  tanpa mempengaruhi isi jawaban yang harus diberikan. Disamping itu peniliti juga mempunyai peluang untuk memberi keterangan atas pertanyaan yang belum jelas maksudnya. Dengan demikian pengisian juesioner secara klasikal memungkinkan peneliti memperoleh kembali kuesioner secara lengkapdalam waktu yang singkat, Sedangkan kesalahan-kesalahan teknis dalam menjawab dapat ditekan hingga sekecil mungkin.
Cara ketiga penggunaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan dat adalah dengan memberlakukan sebagai pedoman waancara baik dalam tatap muka maupun melaui telepon. Kuesioner tidak diserahkan pada responden, melainkan tetap dipegang peneliti, yang membacakan pertanyaan kepada responden, jawaban respinden dicatat oleh peneliti. Dengan cara ini dapat dijamin bahwa sumua jawaban dapat dikoleksi pad waktu tanya jawab langsung. Seorang peneliti berpengalaman dapat mengubah kata-kata dalam pertanyaan tanpa mengubah maksudnya agar setiap pertanyaan mudah difahami dan dapat dijwab oleh responden. Dalam wawancara tatap muka, pemeliti berkesempatan untuk  mencatat kejadian-kejadian khusus pad waktu dilakukannya wawancara. Hal ini bermanfaat pada waktu dilaksanakannya analisis dan interpretasi data yang lebih terkumpul.
 Jenis –jenis angket (kuesioner)
a.  Angket terbuka dan tertutup
Angket terbuka atau  open ended questionnaire memberi kesempatan kepada responden untuk memberi jawaban secara bebas dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Misalnya :
Bagaimana pendapat anda kalau :
1). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
     ………………………………………………………………………
2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
     ………………………………………………………………………
Untuk menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri.
Angket tertutup atau closed questionare
Angket tertutup adalah angket yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
1). Pelajaran bahasa Inggris diberikan di SD?
     A. sangat setuju       B. setuju       C. kurang setuju       D. tidak setuju
2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
     A. sangat setuju      B. setuju       C. kurang setuju        D. tidak setuju
3). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
     A. sangat setuju      B. setuju       C. kurang setuju        D. tidak setuju
Untuk menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap sesuai atau benar. 
Angket semi terbuka
Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataanya memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.
b.Angket langsung dan tidak langsung
Angket langsung kalu responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya, keyakinanya atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya :
1). Apakah Anda suka belajar Matematika?
2). Apakah Anda pernah mengikuti PKG?
3). Metode apa yang Anda gunakan untuk mengajar membaca?
v Sebaliknya angket tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban tentang orang lain. Misalnya angket yang diberikan kepada kepala sekolah yang menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya.
Menurut pendapat Anda apakah
1). Guru matematika di sekolah ini disukai siswanya?
2). Guru matematika di sekolah ini dapat mengajar dengan baik?
Bentuk Angket:
Dilihat dari bentuknya, maka ada angket pilihan ganda, bentuk isian, bentuk check list, dan bentuk skala. Bentuk-bentuk aangket tersebut pada dasarnya sama dengan bentuk tes. Mungkin yang perlu diberi contoh adalah bentuk skala.
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus melalui prosedur:
1.    Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2.    Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3.    Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
4.    Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.
v           Kelebihan dan kelemahan teknik kuesioner:
*   Kelebihan teknik kuesioner:
1.      Kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
2.      Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi kuesioner dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
3.      Kuesioner secara relatip lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
4.      Karena kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden, maka hasilnya dapat lebih objektif.
*   Kekurangan teknik kuesioner:
1.      Kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan dengan sepenuh hati.
2.      Kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus dijawab terbatas yang dicantumkan di kuesioner saja, tidak dapat dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.
3.      Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan sampel
4.      Kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.

7 komentar:

  1. Info yang sangat bagus. cara mengumpulkan data melalui angket dari sumber yang valid sangat dibutuhkan pembaca.

    BalasHapus
  2. apakah angket, khususnya angket tertutup itu dapat digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian kualitatif? mohon bantuannya, karena saya masih bingung. karena kebanyakan angket lebih digunakan pada penelitian kuantitatif.

    BalasHapus
  3. Masukkan komentar Anda...angket itu dipakai untuk penelitian kuantitatif sedangkan kuisioner untuk penelitian kualitatif

    BalasHapus
  4. cara menghitung hasil kusioner gimna mas??

    BalasHapus
  5. Jadi disini apa perbedaan dalam mengngumpulkan data untuk kedua jenis teknik tersebut?

    BalasHapus

Next Prev
▲Top▲