Beberapa waktu yang lalu, saya telah bahas tentang teknik pengumpulan data, lebih tepatnya teknik pengumpulan data tes. Kali ini saya akan membahas sedikit tentang teknik pengumpulan data angket atau kuesioner. Berikut ini pembahassannya.
Angket
adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian
untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya. Yang dapat dijaring
dengan menggunakan kuesioner adalah hala-hala mengenai diri responden, dengan
asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan
pengalamannya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti
adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Justru
anggapan-anggapan inilah yang menjadi kelemahan dari metode angket. Karena
dalam kenyataan responden dapat memberikan keterangan-keterangan yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.
Secara garis besar ada
dua cara pengguanaan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian
diisi oleh responden dan (2) digunakan sebagai pedoman wawancara denga
responden. Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat pos
atau diantar sendiri oleh peneliti. Sedangkan wawancara yang pelaksanaannya
berpedoman pada kuesioner dapat berupa wawancara tatap muka dengan responden
atau wawancara melalui telepon (Singarimbun & Handayani, 1985).
Kuesioner yang dikirim
lewat pos memang memudahkan pekerjaan peneliti. Namun, cara ini umunya belum
bisa efektif untuk diterapkan disebagian lapisan masyarakat Indonesia. Masih
banyak orang yang enggan
membaca kuesioner dan menulis jawabanya, apalagi pertanyaannya tidak dilengkapi
dengan pilihan jawaban. Selanjutnya, sebagian dari masyarakat kita lebih enggan
lagi pergi ke kantor
pos atau bis surat untuk mengirimkan kuesioner yang telah diiisi, lebih-lebih
kalau masih harus membeli prangko dengan uang sendiri. Berhubung dengan itu,
cara penyebaran kuesioner melalui pos dalam suatu penelitian akan mendapat
lebih efektif jika pertanyan-pertanyannya sederhana dan cara jawabannya tidak
sulit. Jumlah pertanyaannya juga perlu dibatasi. Kemudian, peneliti perlu
melampiri amplop yang sudah dibubuhi perangko
agar responden terdorong untuk mengirimkan kuesioner yang telah diisi.
Kuesioner yang
dikirimkan melalui pos sudah tentu ditujukan kepada responden yang bisa membaca
dan menulis dengan lancar. Karena itu ada inforamasi tambahan, kecuali yang
sudah tertuang dalam kuesioner, disamping adanya petunjuk kuesioner yang jelas,
kuesioner dikirim lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti perlu dilengkapi
dengan surat pengantar dibagian depannya. Surat hendaknya memuat tujuan
penelitian, keterangan tentang perlindungan kerahsiaan jawaban responden,
persetujuan dari pihak yang berwenag, legitimasi peneliti, kesempatan responden
untuk meminta keterangan tambahan, ajakan untuk berpartisipasi, dan
petunjuk-petunjuk khusus (Tuckman,
1978:233).
Cara penggunaan
kuesioner yang lebih efektif adalah apabila pengisian jawabannya dapat
dilakukan secara berkelompok pada suatu tempat tertentu. Dalam keadaan seperti
ini peneliti dapat memberi petunjuk secara langsung bagaimana cara memberi jawaban
tanpa mempengaruhi isi jawaban yang harus diberikan. Disamping itu
peniliti juga mempunyai peluang untuk memberi keterangan atas pertanyaan yang
belum jelas maksudnya. Dengan demikian pengisian juesioner secara klasikal
memungkinkan peneliti memperoleh kembali kuesioner secara lengkapdalam waktu
yang singkat, Sedangkan kesalahan-kesalahan teknis dalam menjawab dapat ditekan hingga
sekecil mungkin.
Cara ketiga penggunaan
kuesioner sebagai teknik pengumpulan dat adalah dengan memberlakukan sebagai
pedoman waancara baik dalam tatap muka maupun melaui telepon. Kuesioner tidak
diserahkan pada
responden, melainkan tetap dipegang
peneliti, yang membacakan pertanyaan kepada responden, jawaban respinden
dicatat oleh peneliti. Dengan cara ini dapat dijamin bahwa sumua jawaban dapat
dikoleksi pad waktu tanya jawab langsung. Seorang peneliti berpengalaman dapat
mengubah kata-kata dalam pertanyaan tanpa mengubah maksudnya agar setiap
pertanyaan mudah difahami dan dapat dijwab oleh responden. Dalam wawancara
tatap muka, pemeliti berkesempatan untuk
mencatat kejadian-kejadian khusus pad waktu dilakukannya wawancara. Hal
ini bermanfaat pada
waktu dilaksanakannya analisis dan interpretasi data yang lebih terkumpul.
Jenis –jenis
angket (kuesioner)
a.
Angket
terbuka dan tertutup
Angket terbuka atau open
ended questionnaire memberi kesempatan kepada responden untuk memberi
jawaban secara bebas dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Misalnya :
Bagaimana pendapat anda kalau :
1).
Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
………………………………………………………………………
2).
Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
………………………………………………………………………
Untuk
menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri.
Angket
tertutup atau closed questionare,
Angket tertutup adalah angket yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Misalnya:
Angket tertutup adalah angket yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
1). Pelajaran bahasa Inggris
diberikan di SD?
A.
sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
2).
Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
3).
Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
Untuk
menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap
sesuai atau benar.
Angket semi terbuka
Angket semi terbuka
Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataanya
memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban dan pendapat
menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.
b.Angket
langsung dan tidak langsung
Angket
langsung kalu responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya, keyakinanya
atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya :
1). Apakah Anda suka belajar
Matematika?
2). Apakah Anda pernah mengikuti
PKG?
3). Metode apa yang Anda gunakan
untuk mengajar membaca?
v Sebaliknya
angket tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban tentang
orang lain. Misalnya angket yang diberikan kepada kepala sekolah yang
menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya.
Menurut pendapat Anda apakah
1). Guru matematika di sekolah ini
disukai siswanya?
2). Guru matematika di sekolah ini
dapat mengajar dengan baik?
Bentuk Angket:
Dilihat
dari bentuknya, maka ada angket pilihan ganda, bentuk isian, bentuk check list,
dan bentuk skala. Bentuk-bentuk aangket tersebut pada dasarnya sama dengan
bentuk tes. Mungkin yang perlu diberi contoh adalah bentuk skala.
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan
kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau
angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data.
Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang
telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus
melalui prosedur:
1.
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2.
Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan
sasaran kuesioner.
3.
Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang
lebih spesifik dan tunggal.
4.
Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus
untuk menentukan teknik analisisnya.
v
Kelebihan dan kelemahan teknik kuesioner:
Kelebihan teknik kuesioner:
1. Kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan
tersebar.
2. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi
kuesioner dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
3. Kuesioner secara relatip lebih efisien untuk sumber
data yang banyak.
4. Karena kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas
responden, maka hasilnya dapat lebih objektif.
Kekurangan teknik kuesioner:
1. Kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab
pertanyaan dengan sepenuh hati.
2. Kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya
pertanyaan yang harus dijawab terbatas yang dicantumkan di kuesioner saja,
tidak dapat dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.
3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara
bersama-sama dengan daftar pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat
sekaligus mengumpulkan sampel
4. Kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.
MKASIH ATAS IMFORMASINYA..
BalasHapusijin copas, maksh
BalasHapusInfo yang sangat bagus. cara mengumpulkan data melalui angket dari sumber yang valid sangat dibutuhkan pembaca.
BalasHapusapakah angket, khususnya angket tertutup itu dapat digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian kualitatif? mohon bantuannya, karena saya masih bingung. karena kebanyakan angket lebih digunakan pada penelitian kuantitatif.
BalasHapusMasukkan komentar Anda...angket itu dipakai untuk penelitian kuantitatif sedangkan kuisioner untuk penelitian kualitatif
BalasHapuscara menghitung hasil kusioner gimna mas??
BalasHapusJadi disini apa perbedaan dalam mengngumpulkan data untuk kedua jenis teknik tersebut?
BalasHapus